Tante Kelly Mengajarin Aku Bermain Sex

Tante Kelly Mengajarin Aku Bermain Sex


Cerita Dewasa - Ada yang mengatakan bahwa tante girang mengalami masa puber kedua, di mana gairah seksualnya semakin tinggi. Semuanya dimulai dari nafsu yang membara dalam diri tanteku. Sebenarnya, Tante Keli adalah tanteku sendiri. Namun, pada akhirnya, aku menjadi korban keinginan seksualnya. Mengapa? Karena nafsu hiperseksualnya belum terpuaskan, Tante Keli memaksa diriku.

Tante Fenny membuatku merasa sangat tidak nyaman dengan permintaannya yang tidak senonoh. Dia bahkan mengancam akan berteriak dan membuat skandal jika aku menolak untuk bercinta dengannya. Astaga, aku tidak bisa membayangkan betapa malunya aku jika itu terjadi.

Namun, esok hari aku akan meninggalkan semua itu. Aku akan pergi ke Kota Surabaya untuk mengejar masa depanku. Meskipun hatiku sedih meninggalkan keluarga, aku harus berani mengambil langkah ini.

Pagi itu, aku sedang mempersiapkan diri untuk pergi. Ayahku memperhatikan dengan wajah sedih, tapi dia memberiku semangat dan nasihat agar aku selalu menjaga diri dan berbuat baik. Aku merasa terharu dengan dukungan dan cinta dari keluargaku.

Sekarang, aku siap untuk memulai petualangan baru di Kota Surabaya. Aku akan tinggal bersama Tante dan Oomku, dan aku berharap bisa belajar banyak dari mereka. Aku tidak akan mengecewakan keluargaku, aku akan berjuang untuk meraih impianku dan menjadi orang yang sukses.

Saat itu, aku melangkah dengan penuh semangat menuju angkot yang akan membawaku ke terminal bus. Dalam perjalanan, pikiranku melayang jauh ke depan, membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku berharap dengan segenap hati agar cita-citaku yang telah lama kusimpan dapat tercapai.



Setelah tiba di terminal, aku tak menyia-nyiakan waktu. Langkahku terus melaju, menuju angkot berikutnya yang akan membawaku ke perumahan mewah di daerah Darmo. Dalam hati, aku bertanya-tanya, "Apakah ini benar-benar rumahnya?".

Namun, ketika aku melihat nomor rumah yang tertera, semua keraguan itu sirna. Aku merasa lega dan senang karena memang inilah rumah yang kucari.

Aku belum pernah ke rumahnya sebelumnya, jadi aku sangat penasaran. "Wow, rumah ini seperti istana!" gumamku dengan takjub. Tanpa ragu, aku menekan bel yang terpasang di pintu gerbang. Tidak lama kemudian, pintu gerbang terbuka dan seorang satpam yang berbadan gemuk muncul, memperhatikanku dengan seksama sebelum akhirnya menegurku dengan sopan. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan ramah.

"Saya benar-benar berada di rumah Oom Denny, ya?" tanyaku dengan rasa penasaran.

"Ya, benar. Siapa Anda?" tanya Oom Denny dengan rasa ingin tahu.

"Saya adalah keponakan Oom Denny dari Jember," jawabku dengan bangga.

"Kenapa tidak bilang sejak tadi? Anda pasti Den Kelly, kan? Tuan sedang berada di luar kota, tapi Nyonya masih ada di sini menunggu," kata Oom Denny dengan sedikit keheranan.

Dalam sekejap, aku sudah berada di dalam ruangan rumah mewah yang dipenuhi dengan perabotan mewah.

Tidak lama kemudian, muncul seorang wanita cantik dengan kulit putih yang bersih dan tubuh yang seksi dari dalam ruangan. Jika ditebak, usianya sekitar 35 tahun, tetapi dia masih terlihat seperti seorang gadis perawan. Dia tersenyum manis ketika melihatku, "Kamu terlambat, Kelly. Tante pikir kamu tidak akan datang," ucapnya sambil terus memandangiku dengan tatapan yang mempesona.

Aku menjawab dengan singkat, "Maaf, Tante."

Tante Fenny hanya tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, yang penting kamu datang. Pak Bowo, antarkan Kelly ke kamarnya ya."

Aku mengikuti Pak Bowo menuju sebuah kamar yang terletak di bawah tangga. Saya merasa sangat senang dan bersemangat untuk menghabiskan waktu di sini. Tante Fenny pasti memiliki banyak cerita menarik untuk diceritakan.

Sangat menyenangkan rasanya saat aku menempati kamar itu. Aku langsung terlelap dan tidur sampai sore hari. Begitu bangun, aku langsung mandi dan berganti pakaian. Kemudian, aku keluar kamar untuk menikmati keindahan halaman belakang yang luas. Saat aku sedang asyik menghayal, tiba-tiba aku terkejut oleh suara lembut dan manja yang memanggil namaku. Aku langsung menoleh ke belakang dengan perasaan kaget dan penasaran.

Ternyata, pada sore itu, saya terkejut melihat tanteku mengenakan kimono sambil memegang rokok di tangannya. Ternyata, ia baru saja bangun tidur. "Oh, Tante..." sapaku dengan sedikit gugup. Tante pun tersenyum, dan pandangannya yang sedikit nakal tertuju pada dadaku yang bidang dan berbulu lebat. Memang benar, tubuhku cukup atletis karena sering berenang dan berolahraga, dan tidak bisa dipungkiri bahwa wajahku juga tergolong ganteng.

"Wow, Kel, kamu sudah mandi ya? Kamu terlihat sangat tampan!" puji Tanteku dengan senyum lebar. Aku merasa kaget ketika tiba-tiba tangannya mengelus-elus penisku. Aku merasa malu dan ingin segera pergi dari situ.

"Saya mau ke kamar dulu, Tante," kataku dengan cepat, takut Oom Denny melihat kami.

"Tunggu sebentar, Kel. Tante butuh bantuanmu untuk memijat kakiku. Aku terkilir tadi saat turun," rengek Tante Fenny dengan wajah memelas.

Aku merasa ragu, tapi akhirnya setuju untuk membantunya. Tante Fenny duduk dengan santai, dan kimono yang tidak terkancing terbuka, memperlihatkan bagian dalam tubuhnya yang seharusnya tidak kulihat. Aku merasa gugup dan tidak tahu harus berbuat apa.

Ternyata, Gila tidak menggunakan CD. Aku terkejut saat melihat bulu-bulu tipis di sekitar kemaluannya, seolah-olah baru saja dicukur. Aku mencoba menahan napas dan mengalihkan pandangan, tetapi Tante Fenny yang mengetahui hal itu justru menarik lenganku dan mengangkat kaki kanannya, menunjukkan bagian yang sakit. Aku terpaksa melihat betis dan paha Tante Fenny yang mulus dan padat itu.

New Post >>"Threesome Dengan Kenalan Baru"

New Post >> "Mintah Jatah 2-3 Kali"

"Dapatkah kamu membantuku dengan mengurutnya, Kel? Tapi, tolong lakukan dengan lembut," ucapnya dengan suara lembut.

Dalam hati, aku merasa sedikit gugup. Namun, aku mencoba untuk tetap tenang dan menghadapi situasi ini dengan penuh perhatian.

Saya terpaksa memijat betis tanteku, meskipun hati saya berdebar-debar dan penuh kebingungan. Saat itu, saya tak sengaja melirik ke arah paha dan selangkangan tanteku, dan terlihatlah bagian yang berwarna merah muda yang membuat saya semakin gugup. Tanteku tersenyum genit ke arah saya, membuat saya semakin malu dan tak tahu harus berbuat apa.



Itulah pengalaman saya di hari pertama di rumah Oom Denny. Sudah tiga hari Oom Denny belum pulang, padahal saya sangat ingin bertemu dengannya. Namun, setiap malam, tanteku meminta saya untuk menemaninya ngobrol, bahkan seringkali meminta saya untuk menonton VCD porno bersamanya. Sungguh gila!

Hingga pada suatu malam, tanteku merintih kesakitan...

Saat itu, tante sedang menikmati acara TV seorang diri. Tiba-tiba, terdengar jeritan dari bibirnya, "Achh.., aduh.., tolong Kel..!" Segera aku mendekat dan bertanya dengan khawatir, "Ada apa, Tante?" Tante mengeluh sambil memegangi keningnya, "Kepala Tante agak pusing.., aduh.. tolong bawa Tante ke kamar Kel..!" Aku merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. "Mungkin sebaiknya saya panggil Pak Bowo, Tante?" usulku sambil ingin pergi. Namun, tante dengan cepat melarang, "Nggak usah, lagi pula Pak Bowo Tante suruh ke Pasuruan ngawal barang." Aku semakin bingung dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Dengan terpaksa, aku membantu tanteku naik ke ruang atas. Tante meletakkan kepalanya di atas pelukanku, membuatku merasa gugup saat kami menaiki tangga. Setelah sampai di dalam kamar, tante merebahkan tubuhnya yang begitu seksi dengan santai. Aku merasa lega dan berencana untuk meninggalkan kamar.

Baru saja aku memutar tubuhku, suara lembut itu melarangku dengan tegas. "Kamu mau pergi ke mana? Jangan tinggalkan Tante. Tolong pijat Tante, Nak!" Mendengar itu, seluruh tubuhku teringat pesan dari Papa untuk selalu mengikuti perkataan Oom dan Tanteku.

Dengan hati-hati, aku memutar badanku kembali. Ternyata, Tanteku telah melepas kimono yang ia kenakan. Sekarang, hanya tersisa CD saja.

Tubuhnya yang masih begitu menawan membuat hatiku berdebar, payudaranya yang indah dan menggoda membuatku tak bisa menahan keinginan. Aku belum pernah melihat kecantikan tubuh seorang wanita dalam keadaan telanjang seperti ini sebelumnya, apalagi saat melihat tanteku bergerak dengan begitu sensual. Desahan bibirnya yang menggoda membuat nafsu dan birahiku semakin membara, dan penisku semakin keras. Dengan penuh keberanian, aku melangkah menuju ranjang, siap untuk menjalani momen yang tak terlupakan.

Sesampainya di rumah, tiba-tiba saja tanteku yang seolah-olah merasa pusing itu bangkit dan langsung memelukku dengan penuh nafsu. Wanita yang begitu hiperseksual ini dengan cepat melepas semua pakaianku.

"Sudahlah, Tante. Jangan begitu. Saya takut," pintaku sambil berusaha memakai kembali pakaianku.



Namun, tanteku mengancam, "Kalau kamu menolak, Tante akan berteriak dan mengatakan pada semua orang bahwa kamu ingin memperkosaku."

Situasi ini membuatku merasa terjebak dan tak tahu harus berbuat apa. Saya hanya bisa pasrah dan berharap semuanya akan segera berakhir.

Aku terpaku dan tak berdaya. Wanita itu kembali merayuku dengan ciuman dan jilatan yang memabukkan. Saat tangannya yang lembut meraih penisku, aku tak bisa menahan diri untuk tak membalasnya dengan ciuman yang lebih dalam. Aku pun mulai menjelajahi tubuhnya dengan lidahku, memuaskan hasratku dengan mengulum putingnya yang merah kecoklatan.

Dengan nafas tersengal-sengal, tanteku merintih perlahan. Kami bermain dalam posisi 69, di mana aku merasakan nikmatnya penisku yang dihisap dan dikemutnya. Aku merasa begitu terpuaskan, sehingga aku melebarkan kedua pahaku dan menjilati kemaluannya yang mulai basah dengan penuh gairah.

"Ahh.., aahh.., terus jilat, Kel..! Jangan berhenti..!" erang tanteku dengan penuh kenikmatan. Ternyata, cairan dari dalam liang kewanitaannya mulai keluar dan memuncrat di wajahku. Tanpa ragu, aku menghisap dan menelan semuanya dengan penuh nafsu.

Sensasi semakin memuncak, aku tak bisa menahan diri untuk tidak memuaskan hasratku. Kujilati dengan lebih dalam, bahkan sampai ke bagian paling intim. Tiba-tiba, kami berganti posisi. Aku berdiri tegak, sementara tante jongkok di depanku. Dia mengulum penisku yang sudah sangat tegang dengan penuh semangat.




Ternyata, tanteku sangat pandai dalam hal ini. Tak butuh waktu lama bagiku untuk mencapai puncak kenikmatan. Desahanku semakin keras, sementara aku terus mendorong masuk dan keluar di mulutnya yang terbuka lebar.

"Ayo, Tante, terus jilat sayang," pintaku dengan suara serak. Tak lama kemudian, aku merasakan sensasi yang luar biasa. Aku keluar dengan hebat, dan tante pun merespons dengan erangan yang menggairahkan.

"Ahh.. yeahh..!" erangku sambil kumuncratkan maniku di mulutnya. Kami berdua merasakan kenikmatan yang tak terkira. Dan aku tahu, ini hanya awal dari petualangan seksual yang lebih menggairahkan di masa depan.

Tante dengan rakus menelan semua maniku, bahkan masih mengocoknya dengan harapan masih ada sisa-sisanya. Setelah beberapa saat, penisku mulai bangkit kembali. Dengan penuh semangat, penisku dipandu masuk ke liang kewanitaannya. Kali ini, aku berada di atas dan tante di bawah. Meski agak sulit, mungkin sudah lama tidak dilayani oleh Oom Denny. Setelah kepalanya masuk, aku perlahan-lahan mendorongnya hingga semuanya masuk sepenuhnya.

"Ayo, Kel..! Gerakkanlah, Sayang..!" pinta tanteku sambil menggerakkan pantatnya naik turun karena sekarang ia berada di bawah. Akhirnya, aku mendorong masuk dan keluar penisku dengan gerakan yang cepat, membuat erangan tanteku semakin keras..

Tidak lama kemudian, saya merasa ingin keluar. "Aahh..! Tante.., Kelly sudah mau keluar.., ahh..!" ucap saya. "Sabar Sayang.., Tante sebentar lagi ya..! Yeahh.. ohh.. ahh.., fuck me Kel..! Kita melakukannya bersama, Sayang..? Oh.. yeah..!" Ternyata tanteku juga hampir mencapai orgasme. Rasanya seperti ada yang memijat-mijat penis saya dan kakinya melingkar di sekitar pantatku. Tante bergetar dengan hebat dan memelukku sambil cairan dari kemaluannya menyemprot keluar ke penis saya. 

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk mencapai puncak kenikmatan dan melepaskan sperma di dalam vaginanya. Rasanya begitu luar biasa dan mempesona. Akhirnya, kami berdua terjatuh lemas, sepenuhnya puas dengan pengalaman ini.

"Wah, kamu luar biasa, Kel.. Tante tidak pernah menyangka bahwa kali ini Tante akan merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa!" ucapnya dengan napas tersengal-sengal.

Saat itu aku hanya diam tanpa memberikan jawaban, namun dalam hatiku aku merasa sangat bersalah karena telah berhubungan dengan tanteku dan takut jika Oom Denny mengetahuinya. Tante turun dari ranjang tanpa busana dan menyalakan sebatang rokok. Aku berkata dengan suara lemah, "Apa yang akan terjadi jika Oom Denny mengetahuinya, Tante? Saya sangat takut dan merasa bersalah." Namun, tanteku justru tersenyum dan memelukku dengan mesra. "Jangan khawatir, selama kamu tidak memberitahu orang lain, perbuatan kita aman. Lagipula, Oommu sudah tidak bisa melakukan hubungan badan sejak lama."

New Post >> "Tante Naya, Pesona yang Menggoda"

New Post >> "Gadis Perawan Tukang Jamu Yang Mulus"

"Kel, dia impoten!" ucap wanita telanjang yang menggoda itu. "Jadi semua ini dilakukan Tante karena Om Denny sudah tidak bisa memuaskannya lagi ya?" Saya bertanya. "Iya. Bibi pernah melakukan ini, bukan hanya denganmu. Dia juga pernah melakukannya dengan beberapa rekan bisnis ayahmu," jawabnya.

Tante dengan jujur mengakui bahwa dia tidak bisa bertahan selama seminggu tanpa disentuh atau dipeluk oleh seorang pria. Aku hanya bisa menggelengkan kepala mendengar pengakuannya yang terbuka. Ketika aku hendak pergi, tante dengan cepat menahanku dan mengusap dadaku yang berbulu. "Kell, kamu harus membersihkan dirimu terlebih dahulu. Mandi dulu supaya segar!" ucapnya dengan lembut. Aku merasa terpanggil untuk mematuhi saran tante dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat itu, aku hanya menghela nafas panjang dan melangkah menuju kamar mandi. Tubuhku terasa lelah, namun juga puas. Itulah pengalaman yang aku alami di Surabaya enam tahun yang lalu. Dan sekarang, aku telah memiliki seorang istri dan seorang anak. Tapi, apakah Tante Keli termasuk dalam kategori Tante Girang? Ah, siapa yang tahu.


Posting Komentar

0 Komentar